Sunday, January 13, 2013

Mitigasi Letusan Gunung Api



LETUSAN GUNUNG API
     Gunung meletus bukanlah sesuatu yang asing bagi negeri kita ini, karena Indonesia berada di kawasan “Ring of Fire” atau “Cincin Api Dunia”. Gunung meletus merupakan peristiwa yang terjadi akibat endapan magma di dalam perut bumi yang didorong keluar oleh gas bertekanan tinggi.
     Berabad-abad silam, letusan-letusan gunung berapi di negeri ini sudah pernah terjadi. Salah satu letusan gunung berapi yang benar-benar dahsyat di Indonesia adalah letusan gunung Krakatau pada tahun 1883.
     Kehebatan letusan Krakatau yang maha dahsyat membuat Indonesia terkenal hingga ke luar negeri. Pasalnya, efek letusan Krakatau menyebar bahkan sampai ke Amerika. Debu vulkaniknya pun menenggelamkan dunia dalam kegelapan total selama dua hari penuh. Tentu dapat kita bayangkan seberapa besar kehebatan letusan tersebut, sangat dahsyat bukan?

RING OF FIRE
     Mengingat Indonesia berada di kawasan “Ring of Fire” atau “Cincin Api Dunia”, Indonesia memiliki jumlah gunung berapi terbanyak di dunia. Tak tanggung-tanggung, Indonesia memiliki sekitar 130 gunung berapi aktif yang menjadi sorotan internasional.
     Cincin Api Pasifik atau Ring of Fire adalah daerah yang sering mengalami gempa bumi dan letusan gunung berapi yang mengelilingi cekungan Samudra Pasifik. Diberi nama Cincin Api karena kawasan ini banyak sekali gunung api yang masih aktif dan meletus. Kawasan ini juga sering disebut sebagai Sabuk Gempa Pasifik. Cincin Api Pasifik ini terjadi karena adanya gerakan di lempeng-lempeng tektonik dan beberapa tabrakan dari lempeng kerak bumi.

     Kawasan Ring of Fire di Indonesia meliputi :
·        Gunung Tambora (Pulau Sumbawa, Nusa Tenggara Barat)
·        Toba-Sibayak-Sinabung-Tarutung (Gunung api dan sesar tektonik di Sumatera Utara)
·        Gunung Krakatau (Gunung api bawah laut di Selat Sunda)
·        Gunung Agung-Batur-Rinjani (Bali, Lombok)
·        Gunung Semeru-Penanggungan-Bromo-Ijen-Kelud (Jawa Timur)
·        Gunung Merapi-Merbabu-Lawu-Sindoro-Sumbing-Dieng (Jawa Tengah
·        Gunung Tangkuban Perahu-Salak-Papandayan-Galunggung (Jawa Barat
·        Gunung Kerinci-Dempo-Sorik Merapi (Sumatera
·        Gunung Rokatenda-Egon-Lewo-Tobi-Ende-Larantuka (Nusa Tenggara Timur
·        Sangihe-Ambon-Ibu-Saputan (Kepulauan Ambon
·        Liwang-Padang-Aceh-Palu (Sesar Darat)
·        Mentawai-Nias-Simeulue (Pulau di batas benua)

MITIGASI BENCANA LETUSAN GUNUNG API

      Sebagai negara yang memiliki jumlah gunung berapi terbanyak di dunia, Indonesia memiliki tingkat rawan erupsi yang sangat tinggi. Karena gunung berapi siap meletus kapan saja. Oleh karena itu, masyarakat Indonesia harus siap dalam menghadapi letusan gunung berapi.
      Dalam menghadapi bencana tersebut, kita dapat melaksanakan beberapa kiat untuk menghadapi bencana letusan gunung api. Baik itu, sebelum bencana, saat bencana, maupun pasca bencana. 
    Gunung berapi yang akan meletus dapat diketahui melalui beberapa gejala, yaitu :
1. Suhu di sekitar gunung meningkat.
2. Tumbuhan di sekitar gunung menjadi layu.
3. Mata air gunung menjadi kering.
4. Binatang di sekitar gunung turun.
5. Sering mengeluarkan suara gemuruh.
     6. Terkadang sering terjadi gempa berskala rendah maupun tinggi.
     Apabila gejala-gejala di atas telah muncul, maka kita harus segera melakukan kiat-kiat untuk menghindari dampak / bahaya dari letusan gunung api, yaitu :
     1.     Persiapan dalam menghadapi letusan gunung api (Pra bencana) :
a.     Mengenali gejala bencana, karakter gunung, dan ancaman lainnya.
b.     Mengenali daerah rawan dan daerah aman.
c.      Membuat sistem peringatan dini.
d.     Mengembangkan radio komunitas untuk penyebarluasan informasi status gunung api.
e.     Memahami peta kawasan rawan gunung meletus yang diterbitkan oleh instansi berwenang.
f.       Membuat rencana penanganan bencana.
g.     Mempersiapkan jalur dan tempat untuk mengungsi.
h.     Mempersiapkan kebutuhan dasar (sandang, pangan, dll.) dan dokumen-dokumen penting untuk mengungsi.
i.      Memantau informasi yang diberikan oleh Pos Pengamatan Gunung Api melalui radio komunikasi (dikoordinasi oleh Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi) mengenai status gunung api.
     2.     Jika terjadi letusan gunung api :
a.     Menghindari daerah rawan bencana, seperti : lereng gunung, lembah, dan daerah aliran lahar.
b.     Melindungi diri dari abu letusan dan awan panas.
c.     Mengenakan pakaian yang setidaknya dapat melindungi tubuh, seperti : baju lengan panjang, celana panjang, topi, dll.
d.     Menggunakan masker atau kain untuk menutupi mulut dan hidung.
e.     Saat turunnya awan panas usahakan untuk menutup wajah dengan kedua belah tangan.
f.       Persiapkan diri untuk kemungkinan bencana susulan.
     3.     Setelah terjadi letusan gunung api (Pasca bencana) :
a.     Menjauhi wilayah yang terkena hujan abu.
b.    Membersihkan atap dari timbunan abu. Karena beratnya, bisa merusak atau meruntuhkan atap bangunan.
c.     Hindari mengendarai mobil di daerah yang terkena hujan abu sebab bisa merusak mesin.
  
     Tindakan yang dapat dilakukan untuk memperkecil jumlah korban jiwa dan kerugian harta benda akibat letusan gunung berapi :
1.  Pemantauan, aktivitas gunung api dipantau selama 24 jam menggunakan alat pencatat gempa (seismograf). Data harian hasil pemantauan dilaporkan ke kantor Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (DVMBG) di Bandung dengan menggunakan radio komunikasi SSB. Petugas pos pengamatan Gunung berapi menyampaikan laporan bulanan ke pemda setempat.

2.    Tanggap Darurat, tindakan yang dilakukan oleh Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (DVMBG) ketika terjadi peningkatan aktivitas gunung berapi, antara lain mengevaluasi laporan dan data, membentuk tim Tanggap Darurat, mengirimkan tim ke lokasi, melakukan pemeriksaan secara terpadu.
3.     Pemetaan, Peta Kawasan Rawan Bencana Gunung berapi dapat menjelaskan jenis dan sifat bahaya gunung berapi, daerah rawan bencana, arah penyelamatan diri, lokasi pengungsian, dan pos penanggulangan bencana.
4.    Penyelidikan gunung berapi menggunakan metoda Geologi, Geofisika, dan Geokimia. Hasil penyelidikan ditampilkan dalam bentuk buku, peta dan dokumen lainya.
5.    Sosialisasi, petugas melakukan sosialisasi kepada Pemerintah Daerah serta masyarakat terutama yang tinggal di sekitar gunung berapi. Bentuk sosialisasi dapat berupa pengiriman informasi kepada Pemda dan penyuluhan langsung kepada masyarakat.
  
     Kelima tindakan tersebut dapat kita lakukan sebagai mitigasi bencana letusan gunung api. Tetap waspadalah akan ancaman bencana yang mengintai kita setiap waktu.